Saturday, June 7, 2014

China Trip - Day 7 : Wuxi – Suzhou – Hangzhou

Hari ini jadwal kami adalah mengunjungi Taman Li kemudian melanjutkan perjalanan ke kota Suzhou dan bermalam di kota Hangzhou. Jadi hari ini kami benar-benar punya life style selebritis, breakfast di Wuxi, lunch di Suzhou dan dinner di Hangzhou! What a life! Ruang makan Hotel Vienna cukup besar, dan design interiornya pun lumayan bagus. Tapi sayangnya point positif ini tidak diikuti dengan menu yang disajikan. Menu breakfast yang disediakan pihak hotel kurang menarik baik dari segi  penampilan maupun rasa, jadinya makan pagi kali ini kurang memuaskan. Setelah selesai breakfast, kami langsung berangkat ke Taman Li atau yang dalam bahasa Mandarin disebut Li Yuan. Dekorasi di bagian pintu masuk ke taman ini cukup menarik, berupa semacam papan yang dipotong membentuk siluet bergambar pria dan wanita. Begitu memasuki taman, pemandangannya jauh lebih menarik lagi. Berhubung saya tidak melakukan riset terlebih dahulu, saya tidak tahu apa-apa tentang taman ini sebelumnya. Tapi hal ini ada keuntungannya juga, ada element of surprise nya. Meskipun dengan riset terlebih dahulu pun tidak menutup kemungkinan adanya surprise, karena sudah rahasia umum kalau foto dan video kadang-kadang bisa menipu mata dan tidak benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Belum lagi kemajuan teknologi yang membuat editing foto maupun video sebagai hal yang lumrah.
Ruang makan Vienna Hotel
Taman Li ini sangat bermanfaat untuk kesehatan jasmani dan rohani, karena pemandangan bunga-bunganya yang sangat bagus benar-benar menyejukkan mata dan hati. Dan setelah melihat langsung dan membandingkan dengan hasil jepretan saya, saya bisa bilang satu hal, kamera terbaik di dunia yang tidak ada tandingannya adalah mata. Seberapa tajam dan detilpun foto yang dihasilkan kamera yang secanggih apapun, oleh fotografer terhebat sekalipun, menurut saya tidak akan bisa meng-capture atau menangkap image yang bisa dilihat mata kita. Kecuali kalau foto editan suatu objek atau tempat lebih bagus dari aslinya hehe..Akhirnya kami benar-benar merasakan indahnya musim semi di China! Ternyata hiburan di taman ini tidak berhenti sampai di pemandangan yang indah saja. Di sebuah gazebo taman ada pertunjukkan live music tradisional, bisa disebut orkestra mini, suara penyanyinya yang sekelas dengan penyanyi opera membuat bulu kuduk merinding. Di taman ini juga ada danau kecil yang dilengkapi dengan perahu yang dikayuh dengan kaki. Overall, taman paling bagus yang pernah kami kunjungi sejauh ini.

Li Yuan
Keluar dari taman, kami dibawa ke sebuah toko perhiasan mutiara yang cukup besar. Tapi kalau mau dibilang toko perhiasan saja mungkin kurang tepat, karena di tempat ini juga ada budi daya kerang mutiara. Waktu kami berkunjung, sebuah kerang “dikorbankan” dan dibedah untuk menunjukkan keaslian mutiara yang dijual. Di dalam sebuah kerang yang ukurannya cukup besar terdapat belasan butir mutiara. Segala macam perhiasan yang terbuat dari mutiara dijual di sini: anting-anting, kalung, gelang. Berhubung asli, harganya juga asli mahalnya J Setelah negosiasi alot antara penjual dengan pembeli yang memakan waktu yang cukup lama, akhirnya ada juga beberapa peserta tour yang membeli. Paling tidak mulut para salesgirl yang sudah berbusa-busa ini not for nothing J Oh ya, perhiasan mutiara yang dijual di tempat ini di-branding dengan merk Ray Pearl. 
Pembunuhan...
Selesai shopping, kami langsung tancap gas ke kota berikutnya Suzhou untuk mengejar lunch di sana. Ketika mulai memasuki kota Suzhou, saya melihat kalau tata kotanya bahkan lebih baik lagi dari Wuxi. Jalan, penataan pohon dan bunga yang menghiasi sepanjang jalan, sampai ke penataan bangunan dan gedung-gedungnya, semua rapi dan bagus. Benar-benar layak menjadi teladan penataan kota di negara kita yang cenderung amburadul. Di Suzhou ini tour guide kami adalah Mr. Ing, seorang pensiunan tentara yang ternyata juga cukup fasih berbahasa Indonesia, hasil belajar di Beijing University. Kami langsung dibawa ke sebuah restoran yang cukup besar dan bagus untuk lunch. Ada satu peristiwa menarik di sini, ketika kami semua sudah duduk di meja menunggu makanan yang akan disajikan, datang seorang tante yang membawa gitar tradisional China (dikenal dengan sebutan ‘pipa’). Tidak jelas dapat info dari mana, mungkin dari tour guide kami, sang tante tahu kalau kami ini adalah rombongan dari Indonesia, dan sempat memberikan sedikit kata sambutan sebelum mengumumkan akan menyanyikan sebuah lagu. Beliau ini kemudian mengambil sebuah kursi dan duduk di dekat meja kami dan mulai bernyanyi. Setelah lagu selesai dinyanyikan, beliau pun bertanya apakah ada request dari kami untuk menyanyikan lagu tertentu. Tapi berhubung ketahuan kalau untuk lagu berikutnya harus bayar, tidak ada satu orangpun yang meminta tante tersebut untuk bernyanyi lagi hehe...beliau terpaksa gigit jari. Belum kenal sih sama gaya orang Indonesia haha…Menu yang disajikan restoran ini cukup enak, mungkin juga karena efek lapar yang sudah dirasakan. Habis lunch, kami langsung naik bis ke tujuan berikutnya, Bukit Harimau.
Lunch @ Suzhou
Menurut legenda, ketika ditemukan pertama kali, di dalam bukit ini dulunya memang ada harimau. Tapi sekarang ini jangankan harimau, kucing pun tidak ada hehe...yang ada cuma bunga. Dari pintu masuk saja para tamu sudah disuguhi pemandangan bunga warna-warni yang sangat bagus. Tidak berhenti di sini saja, tapi sepanjang jalan, kiri kanan dihiasi berbagai macam bunga, dari yang lokal sampai ke bunga impor seperti tulip. Para ibu-ibu penggemar bunga tidak henti-hentinya mengambil foto di sini J Di tengah jalan, ada pertunjukkan tarian kupu-kupu. Kostumnya sih cukup menarik, tapi tariannya sendiri tidak terlalu spesial. Di bukit ini juga terdapat sebuah pagoda yang dulunya bisa dinaiki, tapi berhubung kondisi bangunan yang semakin miring, sekarang sudah tidak bisa dinaiki lagi. Dan tanpa terasa sampai juga kami di area belakang bukit sekaligus jalan keluar.
Taman bunga di Bukit Harimau
Dari sini kami akan dibawa ke pabrik sutra, produk Suzhou yang sudah sangat terkenal. Di sini kami bisa melihat pengembangbiakan ulat sutra, kepompong, proses penenunan, sampai ke produk jadi berupa kain sutra. Seperti halnya mutiara di Wuxi, kain sutra asli di sini juga mahal. Waktu demo produk, bagaimana cara membedakan sutra asli dengan sutra palsu, ternyata caranya gampang saja. Cukup bakar kain sutra yang ingin diuji, kalau asapnya berwarna putih, artinya sutra asli. Tapi kalau asapnya hitam, berarti sutra palsu. Tapi ingat, saya tidak merekomendasikan Anda untuk membakar kain sutra milik ibu, saudara, pasangan atau milik siapa pun untuk sekedar eksperimen. Don’t try this at home! Resiko uji coba menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Remember: curiosity killed the cat J Tidak seberuntung toko mutiara di Wuxi, tidak ada peserta tour yang berminat untuk membeli kain sutra dan produk-produknya. Jadi begitu selesai tour keliling pabrik, kami langsung kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan ke Hangzhou.
Kepompong
Waktu memasuki kota Hangzhou, kesan yang didapat adalah kota ini jauh lebih besar dari Wuxi dan Suzhou. Saya memang tidak melakukan riset mendetil sebelumnya, tapi dari sekilas info yang saya lihat di YouTube, kota ini memang modern dengan rentetan designer boutique nya. Di video itu kebanyakan hanya menampilkan pemandangan tempat atraksi wisatanya, tidak banyak informasi mengenai pusat kotanya. Di antara toko-toko di sepanjang jalan dalam kota, saya sempat melihat butik yang khusus menjual atau mungkin juga menyewakan pakaian-pakaian wedding. Penampilan butik ini sangat high class, yang sedikit banyak mencerminkan tingkat ekonomi kota ini. Hari sudah menjelang malam dan kami langsung menuju ke restoran untuk dinner. Ternyata tour guide kami untuk di Hangzhou, Mr. Sam, sudah menunggu. Sam juga cukup fasih berbahasa Indonesia, dengan logat yang paling mendekati logat Indonesia asli, menurut saya. Saya sempat sedikit kaget dan bertanya dalam hati, apakah dia orang Indonesia yang tinggal di Hangzhou. Tapi kemudian ketahuan kalau beliau asli penduduk lokal. Dengan selesainya dinner, komplit sudah acara ‘dining like a celebrity’ kami. Makan malam di Hangzhou ini di sebuah restoran yang cukup besar, tapi makanannya biasa saja. Jadi, ending wisata kuliner hari ini tidak terlalu klimaks. 

Saya sempat cukup excited karena menurut rencana, setelah dinner kami akan menyaksikan pertunjukkan cerita ‘White Snake Legend’ alias Siluman Ular Putih yang sudah melegenda. Pertunjukkan ini dilakukan di alam terbuka, di atas Danau Barat (Xi Hu) lengkap dengan efek-efek dramatis menggunakan efek cahaya lampu, musik, tarian dan semburan air yang cukup mengesankan. Menurut yang sudah pernah menonton, pertunjukkan ini sangat bagus. Saya sudah melihat videonya di internet, dan kelihatannya memang cukup kolosal dan menarik. Memang tidak main-main, pertunjukkan ini diarahkan oleh salah seorang sutradara terkenal China, Zhang Yimou, yang karya pertunjukkan teater outdoor nya dipercayai sebagai yang terbaik di dunia. Faktor-faktor inilah yang membuat saya jadi cukup berminat untuk menontonnya.
Dinner @ Hangzhou
Tapi sayangnya alam tidak bisa diajak kerja sama. Malam itu hujan deras, dan rencana ini terpaksa dibatalkan. Sebagai gantinya, kami dibawa ke sebuah gedung pertunjukkan untuk melihat pertunjukkan lain. Dari pengamatan saya, bukan hanya rombongan tour kami saja yang dialihkan ke sini. Banyak rombongan tour lain yang juga mengalami nasib yang sama. Tapi parahnya, ternyata rombongan kami ini adalah yang dipaksakan masuk. Ketika sudah memasuki ruang pertunjukkan, kami diberikan tempat istimewa layaknya tamu VVIP, baris paling depan! Kenapa saya bilang dipaksakan? Soalnya kursi yang kami pakai adalah kursi ekstra, bukan kursi yang sudah memang built-in di ruang  pertunjukkan ini. Dalam hati sih agak kesal, tapi sudahlah, toh sudah bayar tiket. Nilai lebih dari situasi ini adalah, segala cacat kecil selama pertunjukkan terlihat dengan jelas dari bangku ‘VVIP’ ini hehe...Pertunjukannya sendiri tidak istimewa. Tidak senilai harga yang dibayar sih menurut saya.
Selesai pertunjukkan, kami langsung menuju hotel untuk istrirahat. Hotel Hairui Holiday yang kami tinggali ini letaknya cukup jauh dari pusat kota, dan ternyata merupakan hotel baru. Kalau mau dibandingkan, hotel ini masih kalah kelas dari hotel yang kami tinggali di Wuxi. Bukan itu saja, proses check in sempat diwarnai cekcok antar sesama staf hotel karena ada kesalahan booking kamar hotel untuk rombongan kami. Benar-benar kesan pertama yang mengecewakan. Klimaksnya, waktu masuk ke kamar, ternyata pintu kamarnya tidak bisa dikunci! Saya berusaha mengingat-ingat lirik lagu ‘What a Wonderful World’ nya Louis Armstrong untuk bisa tetap positive thinking...tapi paling tidak respon staff housekeeping-nya cukup cepat untuk memperbaiki kerusakan sehingga kami tidak perlu lama menunggu. Kamarnya? Standard lah. Tidak bagus atau jelek, cukup layak untuk tidur.  It’s been quite a tiring day, so good night Hangzhou…


- SW -

No comments:

Post a Comment