Tuesday, July 1, 2014

China Trip - Day 9 : Shanghai – Guilin

Pagi ini kami akan meninggalkan kota Shanghai dan menuju ke Guilin dengan pesawat terbang. Berhubung pesawat yang akan kami naiki adalah jadwal pesawat paling pagi, breakfast dari hotel dikemas dalam bentuk take away alias dibungkus. Ada sedikit insiden yang terjadi soal breakfast ini, pihak hotel ternyata lupa menyiapkannya, meskipun malam sebelumnya sudah dipesan oleh tour guide kami. Beruntung pagi itu sopir bis kami sudah standby dan dia yang membantu menguruskan masalah ini. Beraktifitas tanpa breakfast? Benar-benar tidak terbayangkan untuk saya yang sudah menjadikan makan pagi sebagai rutinitas. Mungkin karena dipersiapkan dengan terburu-buru, menu yang diberikan sangat mengecewakan. Roti tawar, telur dan sosis dalam keadaan dingin. That’s all! Tidak ada lagi bakpao manis panas favorit saya. Tidak juga bisa menikmati minuman panas ataupun jus dingin. Hanya diberi air mineral botol oleh pihak hotel. Apa boleh buat, daripada gak ada sama sekali. Akhirnya pagi itu kami semua mengadopsi gaya mobile breakfast, alias makan pagi sambil jalan, di dalam bis.

Ada satu peristiwa lucu tentang air mineral botol. Karena pihak hotel menyediakan satu dus air mineral dan di bis juga disediakan satu dus, supply air minum kami pagi itu lebih dari cukup. Tapi masalahnya, waktu sudah sampai di bandara, akhirnya sadar kalau air minum tidak bisa dibawa masuk ke ruang tunggu airport sehingga terpaksa harus dibuang. Nah, sebelum memasuki pintu masuk bandara, dimulailah acara buang-buang air minum, yang kalau sampai dilihat para aktifis kemanusiaan di Afrika, bakal dikecam habis-habisan atau bahkan mungkin dituntut! J Tapi belakangan salah seorang peserta tour berhasil lolos dengan menyelipkan botol minumnya di kantong jaket. Saya juga heran kenapa hal ini tidak tertangkap X-Ray ataupun pemeriksaan manual oleh petugas. Beliau dengan bangga menceritakan ‘kisah sukses’ ini kepada saya dan peserta lain. Impressive! 

Airport yang berada di kawasan lama Shanghai ini cukup modern dan luas, tapi kalau mau dibandingkan masih kalah bagus dari stasiun kereta Beijing. Meskipun demikian, saya menyempatkan untuk sedikit foto-foto mengabadikan tempat ini. Tak disangka, sesi foto-foto singkat ini nyaris membawa bencana. Waktu mengambil foto, tas backpack saya ditaruh di salah satu kursi duduk untuk pengunjung. Tour leader kemudian memanggil kami semua untuk berjalan mengikuti dia ke counter untuk check in. Ketika sudah sampai di depan counter, yang letaknya cukup jauh dari tempat kami menunggu sebelumnya, saya baru sadar kalau tas backpack saya ketinggalan! Di dalam tas itu ada netbook, dan yang jauh lebih penting lagi, passport saya!! Dalam sekejap saya berubah menjadi layaknya sprinter legendaris Carl Lewis, yang berlari menembus jarak 100 meter di bawah 10 detik! Sambil berlari dalam hati saya berharap-harap cemas dan berdoa, semoga tas saya masih ada di kursi yang saya tinggalkan tadi. Puji Tuhan tas itu masih ada di sana! Dalam hati saya mengucapkan beribu-ribu syukur. Gak terbayangkan gimana jadinya seandainya tas beserta passport hilang. Jangankan sekedar ikut ke Guilin, saya tidak akan bisa pulang!!! Harus mengurus masalah kehilangan ini ke kedutaan Indonesia di sana dan lain-lain. Pokoknya bakal pusing seribu keliling! Thank God…

Shanghai Hongqiao International Airport

Setelah jantung kembali berdetak normal, saya dan seorang peserta tour lain membantu pengurusan check in bagasi yang jumlahnya cukup banyak. Setelah itu kamipun memasuki ruang tunggu yang ukurannya sebenarnya tidak terlalu kecil juga, tapi penuh orang sehingga tidak banyak tempat duduk yang tersisa. Untungnya kami tidak perlu menunggu terlalu lama. Maskapai yang kami pakai ternyata China Eastern Airlines. Sempat sedikit penasaran juga bagaimana rasanya naik maskapai lokal China, ternyata kesannya tidak jauh beda dengan naik maskapai lokal di Indonesia, dari segi kenyamanan dan pelayanan. Pagi itu kami harus menunggu cukup lama di dalam pesawat, tidak jelas apakah karena kendala cuaca atau masalah teknis pesawat, saya tidak menanyakan ke pramugari juga. Karena tidak banyak yang bisa dilakukan di dalam pesawat, saya mencoba untuk tidur. Lega juga ketika akhirnya mendengar pengumuman kalau pesawat akan segera mendarat di Guilin. Ketika sampai, kesan yang saya dapat adalah bandara Guilin termasuk bandara lama yang belum dimodernisasi. Agak sedikit heran, karena Guilin adalah salah satu tujuan wisata utama di China yang sangat terkenal. Tour guide kami langsung membawa kami untuk makan siang di salah satu restoran di bandara. Menunya tidak istimewa, setelah lebih dari seminggu di China, kami harus menerima kenyataan kalau menu yang disajikan tiap restoran, meskipun berbeda daerah, tidak jauh beda. Atau jangan-jangan pihak tour operator memang selalu memesankan menu standard yang itu-itu saja? 


Bandara Guilin
Setelah makan siang, kami langsung dibawa ke suatu tempat wisata yang terkenal di Guilin, Gua Seruling. Gua ini mirip-mirip dengan Jenolan Cave di Australia. Di dalam gua juga dipasangi lampu neon warna-warni sebagai penghias. Beberapa bagian bebatuan yang diberi nama karena bentuknya dianggap menyerupai manusia atau hewan dan lain-lain, menurut saya agak dipaksakan karena sebenarnya tidak begitu mirip J Karena saya sudah pernah melihat yang sejenis di Jenolan Cave, kesan yang didapat di gua ini biasa saja. Tapi ada satu bagian gua dimana ada genangan air yang  memantulkan image bebatuan yang ada di atasnya, ditambah efek cahaya lampu biru, yang menurut saya cukup mengesankan. Belakangan saya baru menyadari kalau foto tempat inilah yang dipakai di brosur promosi wisata Gua Seruling. Tidak jauh dari titik ini adalah pintu keluar gua. Oh ya, di sini juga ada jasa tukang foto. Jadi kalau Anda ingin mengabadikan petualangan di gua ini, tinggal merogoh kocek dan foto langsung jadi bisa Anda dapatkan.


Gua Seruling
Keluar dari Gua Seruling ini, kami dibawa ke pusat perbelanjaan barang-barang yang terbuat dari serat bambu. Benar-benar salut dengan pemerintah China yang bisa memanfaatkan setiap aset yang mereka miliki. Barang-barang yang dibuat dari serat bambu ini jenisnya cukup banyak: kain lap, kaus kaki, pakaian sampai ke sikat gigi yang katanya bisa tahan setahun! Setelah peserta tour puas berbelanja, kami dibawa untuk makan malam. Restoran yang bernama ‘Sheng Man Jin Lou’ ini cukup besar dan memiliki dua lantai. Kami menempati ruang khusus dengan dua meja untuk peserta tour saja. Di luar restoran ini ada street market atau pasar di tepi jalan yang menjual buah-buahan, berbagai macam pernak-pernik perhiasan dan kerajinan lokal. Diantaranya adalah buah Luo Han Guo segar, yang di Indonesia kebanyakan sudah dalam bentuk kemasan. Buah ini berkhasiat untuk menurunkan panas dalam. 

Tour guide kami sangat merekomendasikan buah ini karena rupanya tabiat orang Indonesia yang doyan makan gorengan sudah terkenal sampai ke mancanegara hehe...Berikutnya, saatnya check in ke hotel. Tour guide menawari opsi untuk ikut tour keliling sungai di malam hari yang disebut dengan Guilin Venetia. Saya memutuskan untuk ikut tour ini, dan mereka yang tidak ikut bisa jalan-jalan sendiri atau istirahat di hotel. Setelah sampai di hotel, saya menyempatkan diri mandi sebelum kumpul di lobby untuk berangkat. Untuk sampai ke area Guilin Venetia ini, kami naik taksi. Di tempat ini juga ada live music yang cukup ramai ditonton. Bagi Anda yang berjiwa romantis, bolehlah mengunjungi tempat ini karena mendengarkan love songs sambil nongkrong di tepi sungai yang sekelilingnya dihiasi gedung berlampu warna-warni pastinya memberikan kesan tersendiri.

Kami mengelilingi sungai dengan kapal motor yang bisa diisi kurang lebih dua puluhan orang penumpang. Malam itu cukup dingin, sehingga saya tidak berlama-lama nongkrong di luar kapal untuk melihat pemandangan yang ada. Di sini dibangun tiruan mini jembatan Golden Gate di Amerika dan juga yang mirip Arc de Triomphe nya Paris. Di beberapa titik juga ada pertunjukkan musik, dan kapal sempat berhenti untuk bersandar di salah satu titik untuk melihat pertunjukkan tarian. Yang paling menarik bagi saya adalah fisher duck, bebek yang dilatih untuk menyelam dan menangkap ikan di dalam mulutnya sebelum menyerahkannya kepada sang majikan. Pertunjukkan yang cukup menghibur.


Night River Cruise - 'Guilin Venezia'
Dan seperti standar semua tempat wisata lain, tempat ini juga menyediakan jasa tukang foto lengkap dengan pakaian tradisional yang bisa dipakai untuk berfoto berlatar tempat ini. Secara keseluruhan, menurut saya keliling sungai Huang Pu di Shanghai lebih berkesan. Selesai cruise di sungai ini, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. Dari piagam yang dipajang di counter resepsionis Parliz Commer Hotel ini, bisa dilihat bahwa hotel ini mendapatkan sertifikasi bintang tiga dari dewan pariwisata China. Dari penampilan hotel dan kamar, menurut saya memang masuk ke kategori itu. Tapi nilai plus hotel ini adalah letaknya yang di pusat kota, yang akan memudahkan untuk jalan-jalan. Anyway, it’s bedtime! Nite, Guilin.

- SW -

No comments:

Post a Comment