Wednesday, February 11, 2015

Ketika Lomba Blog Pegipegi Membawaku Kembali ke Bromo

Source: picoodle.com

Gunung Bromo, siapa sih yang belum pernah mendengar tentang gunung termahsyur ini? Anak kecil dan nenek-nenek juga pasti sangat mengenal salah satu gunung kebanggaan Indonesia ini. Gak percaya? Coba saja datang ke lokasi dan tanyakan langsung ke anak kecil atau nenek-nenek yang kamu temui di sana. Tapi pastikan kamu punya asuransi jiwa atau minimal asuransi kesehatan, soalnya saya tidak berani menjamin efek langsung atau efek samping pertanyaan tersebut. Mungkin dampaknya kurang lebih sama dengan kalau kamu bertanya di mana kamu bisa membeli apel Washington kepada penjual apel Malang. Ok, mungkin tidak sama persis. Tapi intinya: jangan mengaku pecinta traveling kalau kamu belum pernah mendengar tentang Gunung Bromo. Dan kalau kamu pemegang KTP Indonesia, kamu layak dideportasi ke Siberia!

Tahu enggak kenapa saya berani bicara keras seperti itu? Karena saya sudah pernah ke sana, tentu saja. Sekali. Sombong? Terima kasih atas pujiannya. Tapi sebagai pemenang lomba duta parawisata tingkat kelurahan, saya wajib memprovokasi kamu dan semua orang yang belum pernah mengunjungi tempat yang luar biasa indah ini. Percayalah, selama nafas masih dikandung badan, kamu WAJIB mengunjungi Gunung Bromo yang menjulang setinggi 2.392 meter di atas permukaan laut ini, minimal sekali. Kalau masih gak percaya juga, sekali lagi, tanya deh ke anak kecil atau nenek-nenek di sana.

Waktu itu saya dan teman-teman mengunjungi Bromo untuk merayakan kelulusan kami dari bangku kuliah. Ketika sampai di lokasi, hari sudah malam. Berhubung sudah lelah, kami semua terkapar seadanya di kamar hotel yang sederhana (sesuai budget mahasiswa, Red). Berselimutkan AC alam di bulan Desember yang lumayan dingin. Temperatur di sini bisa bervariasi antara 3 sampai 20 derajat. Bisa bayangkan kalau kita yang terbiasa dengan temperatur rata-rata di negara ini yang berkisar 20an derajat, mendadak harus menyesuaikan diri dengan suhu 3 derajat! Jadi pastikan kamu membawa jaket, sweater, sarung tangan, dan sejenisnya waktu datang ke sini. Kan gak lucu kalau kamu sampai terbujur kaku dan harus dicairkan dengan api unggun. Pastikan juga kamu memakai sepatu yang enak buat jalan kaki, atau sandal gunung. Percaya deh, gak akan ada yang muji kecantikan kamu kalau datang pakai high heels. Apalagi kalau kamu cowok. Dan ingat, bawa tas ransel atau sejenisnya yang mudah kamu bawa. Koper four wheeler kamu tidak akan terlalu efektif di sini. Tolong, untuk sekali ini saja, tahan hasrat fashionista kamu yang menggebu-gebu.

Pagi-pagi buta kami sudah bangun untuk naik mendaki ke viewing point demi melihat pemandangan matahari terbit yang katanya spektakuler. Langkah demi langkah, anak tangga demi anak tangga kami tapaki demi melihat sang mentari. Melawan rasa kantuk yang masih mengintai, kami berjalan menembus hawa dingin yang menusuk, kabut subuh yang cukup tebal, dan aroma belerang yang membuat wangi parfum Paco Rabane saya hilang tak berbekas. Rasa penasaran dan adrenalin traveling lah yang membuat kami semua akhirnya sukses mencapai lokasi viewing point untuk melihat fenomena alam yang keindahannya sudah melalang buana ini. Situs TripAdvisor memberikan rating 4.5 bintang yang berdasarkan pada ratusan ulasan para traveler yang telah mengunjungi salah satu destinasi ecotourism paling populer di Indonesia ini.

Source: wallpea.com

Dengan nafas lega dan antusiasme tertahan, kami menunggu detik demi detik yang terasa seperti tak berujung untuk menyambut hadirnya sebersit cahaya yang akan menyinari dunia dan memulai hari. Tapi seperti kata pepatah traveling yang sudah melegenda:  “It’s not an adventure until something goes wrong”, petualangan kami kala itu pun seakan menjadi bukti. Meski jam tangan menunjukkan waktu sudah lewat jam 6 pagi, tak ada kilasan cahaya mengagumkan yang menyapa. Ternyata pagi itu kabut terlalu tebal dan menutupi pemandangan yang telah kami tunggu-tunggu. Menurut mereka yang sudah berpengalaman ke sini, kejadian seperti ini bukan yang pertama kali. Kecewa, pastinya. Apalagi kami hanya akan menginap semalam di sini, dan akan melanjutkan perjalanan ke Bali. Tapi ini juga berarti berkat yang terselubung, kebahagiaan yang tertunda. Akan ada alasan kuat untuk kembali lagi ke sini, suatu hari nanti. Menurut penduduk lokal, bulan Agustus atau September di musim kemarau adalah waktu terbaik untuk mengunjungi Gunung Bromo.

Ok, cukup dari saya. Sekarang giliran kamu yang take action. Tentukan tanggal. Booking tiket pesawat dan hotel. Berangkat! Terserah mau dari Malang, Pasuruan, Probolinggo atau Lumajang. Ikutilah nasehat Nike dan Just Do It. Mendengar seribu cerita pengalaman traveling orang lain tidak sedikitpun mendekati nikmatnya menjalani dan mengalami sendiri. Kamu berhutang pada diri kamu sendiri, hidup hanya sekali. Saya tunggu ceritanya di blog kamu.
      

- SW -  



No comments:

Post a Comment