Tahun Baru Imlek 2565
yang jatuh pada tanggal 31 Januari 2014 saya rayakan di The Garden City,
Singapura. Tiba sehari sebelumnya pada tanggal 30 Januari dan langsung
melakukan serangkaian aktifitas, sebenarnya di malam harinya saya sudah lumayan
lelah. Ditambah kondisi fisik yang kurang begitu fit, saya sempat terpikir
untuk beristirahat saja di rumah dan membatalkan niat untuk merasakan hebohnya
suasana malam tahun baru di Chinatown. Tapi akhirnya saya membulatkan tekad
untuk berkunjung juga ke pusat perayaan Lunar New Year di Singapura itu.
Pertimbangannya, saya sudah terlanjur ada di sana, ini event yang hanya terjadi setahun sekali, ditambah sedikit
terpancing provokasi media dan sumber-sumber lain yang mengiklankan bahwa
perayaan tahun ini akan lebih meriah. Jadi meskipun saya sudah pernah beberapa
kali merasakan meriahnya atmosfir di sini termasuk tahun lalu, I decided to put on my sweater and go.
Kurang lebih jam 22:00
waktu setempat, sayapun berjalan ke salah satu halte bis terdekat dari tempat
tinggal saya. Halte bis di area Jurong Kechil ini lengang waktu saya sampai di
tempat. In fact, I was the only person at
that bus stop. Sekitar 10 menit kemudian, bis yang saya tunggu pun tiba.
Bis ini akan saya tumpangi sampai ke bus
interchange di dekat stasiun kereta api Bukit Batok. Berikutnya, saya akan
melanjutkan perjalanan ke Chinatown dengan MRT. Berbeda dengan waktu di halte,
ketika saya tiba di stasiun suasananya tidak sepi, meskipun juga tidak bisa
dibilang ramai. Tidak seperti tahun
lalu, kali ini ada sedikit perubahan untuk tiket MRT. Kalau tahun lalu tiketnya
masih berupa kartu plastik berwarna hijau, yang sehabis dipakai bisa
dikembalikan lewat mesin dan kita akan memperoleh kembali uang deposit satu
dollar. Kali ini tiketnya berupa kartu yang terbuat dari kertas yang tidak bisa
dikembalikan dan tidak ada depositnya. Sebagai gantinya, kita dapat memakai
kembali kartu tersebut untuk enam kali perjalanan berikutnya, dengan cara men top up nya di mesin pembelian tiket.
Ketika akhirnya sampai di platform untuk menunggu kedatangan kereta, calon penumpang cukup ramai. Jam menunjukkan pukul 22:25. Panel informasi MRT menunjukkan kereta akan tiba dalam waktu tiga menit. That’s what I love about this country. Dari dua pengalaman sederhana naik transportasi umum saja, saya sudah merasakan kenyamanan di negara ini sebagai turis. Tidak heran kalau negara ini disebut memiliki infrastruktur terbaik di dunia. Mungkin bagi warga lokal, adanya fasilitas dan kenyamanan seperti ini adalah hal yang sangat biasa dan sudah layak dan sepantasnya. Well...mereka belum pernah merasakan naik angkot di Jakarta. Jadi kalau mereka punya gratitude issue, “terapi angkot” ke Jakarta sangat layak dipertimbangkan :)
Setibanya di stasiun Chinatown
jam 23:05, seperti pengalaman sebelumnya, tempat ini sudah dipenuhi lautan
manusia. Cukup banyak petugas yang standby
untuk membantu kelancaran lalu lintas yang sudah “macet” bahkan sebelum keluar
dari stasiun. Bayangkan saja, saking ramainya, untuk sekedar naik eskalator
dari dalam stasiun menuju ke area jalanan Chinatown, jumlah pengunjungnya harus
dibatasi dan dipecah menjadi perkelompok oleh petugas. Masalahnya, sudah terjadi bottleneck begitu keluar dari stasiun karena banyak pengunjung yang
berhenti berjalan untuk melihat pernak-pernik yang dijual rentetan toko di
seantero Chinatown. Untungnya crowd
management di sini berjalan cukup efektif sehingga waktu mengantrinya tidak
terlalu lama. Sekitar 5 menit kemudian saya sudah menghirup udara bebas di
jalanan Chinatown, yang cukup melegakan dibandingkan ketika masih harus
menunggu di dalam stasiun.
Awalnya tidak ada
pemandangan di sini yang bisa dibilang baru bagi saya. Sampai ketika saya
melihat The Tintin Shop. Adanya toko collector’s
item yang terkesan salah lokasi ini tentu saja menarik perhatian. Tapi saya
yakin pemiliknya pasti mempunyai pertimbangan tersendiri mengapa membuka
tokonya di area ini. Saya tentu saja tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk
masuk melihat-lihat ke dalam toko ini. Antara terkejut dan tidak, saya hanya
bisa tersenyum dalam hati melihat harga barang-barang di sini yang berkisar
antara puluhan dollar sampai ratusan dollar Singapura. Just to give you some idea, itu artinya antara ratusan ribu rupiah
yang paling murah, sampai ke jutaan rupiah (asumsi kurs SGD = Rp 10.000). Tapi
kembali lagi, namanya juga barang koleksi. Harga mungkin tidak terlalu menjadi
masalah bagi para fans Tintin sejati. Koleksi komik Tintin Anda belum lengkap
atau ada yang hilang/rusak? Bisa dibeli di sini dengan catatan stock masih ada, karena dari pengamatan
saya ada beberapa judul yang out of stock.
Barang-barang lain berupa patung-patung pajangan, miniatur kapal layar, kaus
dan lain-lain yang sayangnya tidak diperkenankan untuk difoto. Bisa saja sih
kalau Anda mau curi-curi foto, but do it
at your own risk. Lumayan juga seandainya tertangkap petugas yang sedang
berjaga dan Anda ditegur di tengah keramaian :) Setelah puas
melihat-lihat di sini, saya kembali terjun ke lapangan, ke tengah keramaian di gang-gang
dalam kompleks Chinatown yang jelas bukan untuk mereka yang anti hiruk pikuk.
Berhubung memang tidak berniat belanja, saya hanya berjalan-jalan di kompleks ini melihat-lihat sambil menikmati suasananya saja. Untuk melepas lelah, saya sempat break sejenak di area di tepi jalan besar yang dibatasi dengan pagar pengaman. Di sini lalu lintas manusia tidak seramai di dalam kompleks Chinatown, jadi bisa dimanfaatkan untuk refreshing melepaskan diri sesaat dari pusat keramaian. Mobil yang lalu lalang di jalan masih cukup banyak meskipun sudah menjelang tengah malam. Deretan lampion berbentuk kuda digantung memanjang di kedua sisi pertokoan yang mengapit jalan raya ini, melambangkan Tahun Kuda di penanggalan kalender Cina. Setelah puas istirahat, sayapun berjalan kembali ke dalam area kompleks Chinatown sambil menantikan kembang api yang menandakan pergantian tahun. Cukup penasaran juga bagaimana kembang api tahun ini, apakah benar akan lebih spesial. Tidak lama kemudian, ketika saya sedang menyusuri salah satu lorong, akhirnya terdengar juga suara kembang api. Semua pengunjung seakan kompak berhenti berjalan dan memandang ke langit untuk melihat dan mengabadikan momen ini. Sayangnya, kembang api kali ini boleh dibilang tidak ada bedanya dengan yang dulu pernah saya lihat waktu ke sini. Mungkin yang lebih meriah adalah acara di panggung utama, yang tidak saya datangi karena sudah penuh sesak dengan pengunjung waktu saya tiba di Chinatown.
Meskipun sedikit
kecewa, secara keseluruhan saya tetap cukup menikmati kunjungan kali ini.
Karena selain di sini, menurut saya meriahnya suasana perayaan Tahun Baru Cina
tidak terlalu dirasakan di area lain di Singapura. Apalagi kali ini saya
membawa pulang kesan lain yang tidak dirasakan di pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Kalau dulu hanya merasakan desak-desakan berjalan di tengah
kerumunan, kali ini sempat sedikit merasakan aksi dorong-dorongan akibat jumlah
pengunjung yang benar-benar membludak. Tapi kejadian ini tidak terlalu serius
dan sampai memakan korban.
Setelah momen kembang
api, acara di panggung utama masih berlanjut. Tapi pengunjung di sini sudah
terpecah, ada yang berjalan kembali ke stasiun MRT untuk pulang dan ada pula
yang masih berkutat di sini untuk belanja ataupun sekedar nongkrong. Saya
memutuskan untuk foto-foto sebentar sebelum pulang, karena waktu di puncak
keramaian agak sulit untuk mengakses area yang bisa dijadikan obyek foto.
Keinginan untuk mengambil foto ini pun saya batasi karena tidak ingin sampai
ketinggalan kereta terakhir yang berangkat dari Chinatown jam 02:00 pagi.
Akhirnya ketika saya sudah berada kembali di platform di dalam stasiun untuk naik kereta pulang, jam sudah
menunjukkan pukul hampir 01:10 pagi. Suasana di dalam stasiun sudah lengang dan
hanya ada segelintir orang yang menunggu. Waktu akhirnya sampai kembali di bus interchange Bukit Batok, ternyata
bis yang ingin saya tumpangi sudah tidak beroperasi lagi. Apa boleh buat,
terpaksa naik taksi untuk pulang ke rumah yang pastinya jauh lebih mahal. Kalau
mau disimpulkan untuk pengalaman Chinese New Year di Singapura kali ini, some things may have stayed the same, but
still...it’s a different experience every time. Ma Dao Chen Gong! Selamat Tahun Baru Kuda yang membawa sukses dan
rejeki!
- SW -