Good
morning Shanghai! Pagi ini kami akan
mengunjungi salah satu icon kota
Shanghai yang paling terkenal, Menara TV
Shanghai. Ruang makan hotel cukup luas dan juga bergaya minimalis dan modern, just nice. Breakfast di Holiday Inn
Express Shanghai ini cukup memuaskan, terutama bakpao manisnya. Dalam
sekejap saja bakpao manis ini sudah habis disikat para tamu, dan saya harus
menunggu cukup lama untuk ‘refill’.
Maklum, belum puas makan karena pertama kali saya hanya ambil sedikit, dan juga
faktor ukuran bakpao ini yang kecil. Tapi paling tidak penantian saya tidak
sia-sia, karena sebelum jam makan berakhir dan harus berangkat tour, saya masih
sempat mencicipi beberapa bakpao. Happy
ending deh pokoknya hehe.
|
Dining Room @ Holiday Inn Express |
Setelah itu kami berkumpul di depan lobby hotel untuk menunggu bis yang akan
membawa kami ke menara TV. Pagi itu langit masih agak berkabut dengan angin
yang dingin, brrrr....tapi paling tidak patut disyukuri karena tidak hujan. Pagi
ini untuk pertama kalinya kami akan melihat wajah Shanghai yang lain, Shanghai
yang baru dan modern di distrik Pu Dong,
di sisi sebelah timur sungai Huang Pu.
Di area ini penataan kotanya sudah serba modern, dengan rentetan bangunan
pencakar langit yang banyak diantaranya merupakan kantor perusahaan-perusahaan
multinasional. Kalau di distrik Pu Xi
alias Shanghai lama saya kurang begitu terkesan, di area baru ini saya cukup
terkesan.
Sesampainya di
area menara TV, kami harus menunggu sementara tour guide membeli tiket masuk. Sambil
menunggu, tentu saja saya tidak mau menyia-nyiakan waktu. Waktu tunggu ini saya
manfaatkan untuk menikmati pemandangan sekitar dan foto-foto. Cuma sayang
langit masih sedikit berkabut, sehingga foto-foto saya mengabadikan
gedung-gedung pencakar langit kurang begitu jelas. Setelah tour guide kembali
dari membeli tiket, kami segera memasuki area dalam menara. Di pintu masuk
selain dijaga petugas keamanan juga dijaga oleh Bomb Dog, anjing berjenis Golden
Retriever yang dilatih untuk membantu seandainya ada ancaman bom. Keadaan
di dalam gedung serasa seperti sedang
berada di dalam mall saja. Ada deretan pertokoan, bahkan pameran mobil. Kami
menuju ke lift untuk naik ke atas, ke viewing
area setinggi 260 meter untuk melihat pemandangan kota Shanghai dari atas. di
dalam lift ada petugas yang menyapa dan memberikan info singkat tentang gedung
ini. Berhubung gedung ini merupakan objek wisata yang terkenal, tidak heran
kalau pengelolaannya pun profesional.
|
Shanghai TV Tower |
Sesampainya di atas, kami diberi
kebebasan untuk jalan-jalan sendiri. Sekali lagi, sangat disayangkan pagi itu
masih berkabut sehingga pemandangan yang bisa dilihat menjadi tidak maksimal. Tapi
berhubung ini masalah force majeure,
lebih baik nikmati saja situasi yang ada. Teropong yang disediakan pun rasanya
tidak akan terlalu besar manfaatnya di cuaca seperti ini. Saya berjalan
mengelilingi viewing area ini, dan di
suatu bagian, lantai sengaja dibuat dari kaca tebal yang tembus pandang supaya
pengunjung bisa melihat pemandangan di bawah kaki mereka. Yang seperti ini kayaknya
sedang menjadi trend, pencakar langit dengan ruang atau tempat dengan lantai transparan
dari kaca untuk melihat pemandangan di bawahnya. Tersedia jasa pengambilan foto
sambil berpose di area ini. Tidak murah, harus merogoh kocek sebesar 30 Yuan. Di
atas sini juga terdapat restoran putar, tapi bisa ditebak menunya cukup mahal,
sesuai lokasinya. Dan seperti standard tempat-tempat wisata, tempat ini pun
dilengkapi dengan gift shop yang menjual
souvenir dan aksesoris bertema menara
ini dan sejenisnya. Jangan tanya soal
harga barang-barang yang dijual deh. Setelah selesai mengelilingi viewing area yang tidak begitu luas ini,
kamipun turun kembali ke bawah.
|
Pemandangan Shanghai dari viewing area TV Tower |
Keluar dari gedung, peserta tour diberi kesempatan untuk mengambil foto dengan
latar TV Tower ini dengan membayar 30 Yuan, dapat bonus bingkai. Foto ini
sebenarnya hanya hasil editing di
komputer, karena angle yang dipakai
untuk mengambil foto jelas tidak memungkinkan untuk mengambil foto TV Tower ini
secara keseluruhan. Tapi selama hasilnya bagus, para turis ini juga tidak
perduli fotonya hasil edit atau bukan.
Kebanyakan juga tidak mengerti soal ini :)
Ketika akhirnya
kami meninggalkan area ini, tidak terasa hari sudah siang dan sudah waktunya
makan siang. Oleh tour guide, kami dibawa ke sebuah restoran Thailand yang
terletak di dalam sebuah gedung yang bernama Amanda Plaza. Makan masakan Thai di China? I know, mungkin layak masuk acara Ripley’s Believe It or Not
hehe. But you know what? Sejauh
perjalanan tour ini, inilah menu paling enak yang pernah saya santap! Ironis memang...Design
interior restoran juga cukup menarik, membuat suasana santap siang waktu itu
semakin komplit. Selesai makan siang, kami kembali ke bis untuk melanjutkan
perjalanan kota berikutnya, Wuxi. Tapi
menurut rencana, beberapa hari ke depan kami masih akan kembali ke Shanghai
untuk naik kapal sambil menikmati pemandangan kota Shanghai di malam hari, yang
belum sempat kami lakukan kali ini. So
goodbye for now, Shanghai.
|
Thai food in China |
Tour guide pun
berpamitan dengan kami karena tidak ikut ke Wuxi. Sesampai di sana akan ada
tour guide lokal yang menjadi pemandu. Sepanjang perjalanan, tidak terlalu
banyak pemandangan yang bisa dilihat selain rentetan gedung-gedung tinggi yang
sedang dibangun. Kelihatannya sih bangunan-bangunan ini merupakan gedung-gedung
apartment. Nama Wuxi sendiri kalau diterjemahkan artinya ‘tanpa timah’. Konon
dulu daerah ini kaya akan timah, tapi karena sering ditambang persediaan timah
akhirnya habis juga. Selang beberapa saat, kami akhirnya memasuki area kota
Wuxi dan menjemput sang tour guide di tengah jalan. Setelah perkenalan singkat,
kami langsung dibawa ke Three Kingdom
City. Kompleks ini dulunya merupakan lokasi shooting film Three Kingdom
alias Samkok versi China di tahun
1994, bukan yang versi Tony Leung dan Takeshi Kaneshiro. Kalau mereka memakai
istilah ‘city’ alias kota, tidak terlalu berlebihan, karena kompleks ini sangat
luas dan bisa dibilang seukuran kota kecil. Saking luasnya tempat ini, dan
berhubung mayoritas peserta tour adalah kaum lansia, diputuskan untuk menyewa
mobil listrik untuk mengelilingi kompleks ini.
|
Pintu masuk Three Kingdom City |
Perhentian
pertama, kami dibawa ke suatu live show
barongsai. Cukup atraktif, tapi berhubung tidak beda jauh dengan yang sudah
pernah saya lihat di Indonesia, kesannya menjadi tidak terlalu spesial. Setelah
itu kami dibawa ke suatu kompleks yang dulu dipakai sebagai tempat tinggal Liu
Bei, salah seorang tokoh legendaris Samkok. Di tempat ini pengunjung bisa
menyewa pakaian tradisional yang biasa dipakai di lingkungan kerajaan, tapi
sayangnya tidak dipaketkan dengan jasa foto. Jadi mereka yang menyewa baju
harus foto-foto sendiri J
Lingkungan di sekitar bangunan ini sangat mendukung untuk foto-foto karena
ditanami dengan pohon berbunga indah. Berikutnya kami dibawa ke suatu area
pertunjukkan live action yang
merupakan penggalan cerita Samkok. Puluhan aktor memperagakan adegan perang ala
Samkok di suatu area lapangan berlumpur. Berhubung saya tidak mengerti dan
tidak bisa menangkap apa yang dikatakan oleh sang narator cerita melalui speaker, hanya bisa pasrah dan mencoba
menikmati saja adegan action yang
ada.
Selesai pertunjukkan kami masih sempat mengunjungi suatu area kompleks
lain, dimana terdapat replika gedung pengadilan jaman dulu. Mirip dengan yang
biasa dipakai untuk shooting film bertema pengadilan, Judge Bao, yang dulu sempat
populer di Indonesia. Selain itu kami juga sempat melihat shooting sebuah film yang sedang berjalan di kompleks ini. Tempat
makan yang ada di sini mengingatkan saya dengan tempat makan yang biasanya
menjadi setting film-film silat
Mandarin. Setelah melewati area ini, perjalanan mengelilingi kompleks Samkok
ini pun selesai. Menurut saya sih, penggemar berat cerita Samkok akan lebih
bisa menikmati kunjungan ke tempat ini. Karena bagi mereka yang tidak mengerti
sejarah dan cerita Three Kingdom yang legendaris ini, kunjungan ke kompleks ini
hanya seperti melihat-lihat taman dan replika bangunan-bangunan China jaman
dulu.
Next, dinner time!
Restoran yang kami kunjungi tidak terlalu besar dan menunya juga biasa saja.
Tidak ada yang istimewa yang bisa diceritakan. Selesai dinner kamipun diantar
ke hotel untuk check in dan
beristirahat. Dibandingkan dengan hotel di Beijing dan Shanghai, hotel ini
lebih kecil dan kalah mewah. Hotel
Vienna ini merupakan jaringan hotel lokal dengan beberapa cabang di Wuxi. Berhubung
belum begitu malam, saya bermaksud untuk jalan-jalan di sekitar area hotel.
Tapi ternyata tidak ada tempat yang bisa dikunjungi. Apa boleh buat, terpaksa
kembali ke kamar. Tapi paling tidak, ada fasilitas internet gratis yang bisa
dimanfaatkan sebelum tidur. Goodnite,
Wuxi.
- SW -
No comments:
Post a Comment