Hari ini jadwal kami
adalah mengunjungi Taman Li kemudian
melanjutkan perjalanan ke kota Suzhou
dan bermalam di kota Hangzhou. Jadi
hari ini kami benar-benar punya life
style selebritis, breakfast di
Wuxi, lunch di Suzhou dan dinner di Hangzhou! What a life! Ruang makan Hotel Vienna cukup besar, dan design
interiornya pun lumayan bagus. Tapi sayangnya point positif ini tidak diikuti
dengan menu yang disajikan. Menu breakfast
yang disediakan pihak hotel kurang menarik baik dari segi penampilan maupun rasa, jadinya makan pagi
kali ini kurang memuaskan. Setelah selesai breakfast,
kami langsung berangkat ke Taman Li
atau yang dalam bahasa Mandarin disebut Li Yuan. Dekorasi di bagian pintu
masuk ke taman ini cukup menarik, berupa semacam papan yang dipotong membentuk
siluet bergambar pria dan wanita. Begitu memasuki taman, pemandangannya jauh
lebih menarik lagi. Berhubung saya tidak melakukan riset terlebih dahulu, saya
tidak tahu apa-apa tentang taman ini sebelumnya. Tapi hal ini ada keuntungannya
juga, ada element of surprise nya.
Meskipun dengan riset terlebih dahulu pun tidak menutup kemungkinan adanya surprise, karena sudah rahasia umum
kalau foto dan video kadang-kadang bisa menipu mata dan tidak benar-benar
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Belum lagi kemajuan teknologi yang
membuat editing foto maupun video
sebagai hal yang lumrah.
Ruang makan Vienna Hotel |
Taman
Li ini sangat bermanfaat untuk kesehatan jasmani dan rohani, karena pemandangan
bunga-bunganya yang sangat bagus benar-benar menyejukkan mata dan hati. Dan
setelah melihat langsung dan membandingkan dengan hasil jepretan saya, saya
bisa bilang satu hal, kamera terbaik di dunia yang tidak ada tandingannya
adalah mata. Seberapa tajam dan detilpun foto yang dihasilkan kamera yang
secanggih apapun, oleh fotografer terhebat sekalipun, menurut saya tidak akan
bisa meng-capture atau menangkap image yang bisa dilihat mata kita. Kecuali
kalau foto editan suatu objek atau tempat lebih bagus dari aslinya hehe..Akhirnya
kami benar-benar merasakan indahnya musim semi di China! Ternyata hiburan di
taman ini tidak berhenti sampai di pemandangan yang indah saja. Di sebuah gazebo taman ada pertunjukkan live music tradisional, bisa disebut
orkestra mini, suara penyanyinya yang sekelas dengan penyanyi opera membuat
bulu kuduk merinding. Di taman ini juga ada danau kecil yang dilengkapi dengan
perahu yang dikayuh dengan kaki. Overall,
taman paling bagus yang pernah kami kunjungi sejauh ini.
Li Yuan |
Keluar dari taman,
kami dibawa ke sebuah toko perhiasan mutiara yang cukup besar. Tapi kalau mau
dibilang toko perhiasan saja mungkin kurang tepat, karena di tempat ini juga
ada budi daya kerang mutiara. Waktu kami berkunjung, sebuah kerang
“dikorbankan” dan dibedah untuk menunjukkan keaslian mutiara yang dijual. Di dalam
sebuah kerang yang ukurannya cukup besar terdapat belasan butir mutiara. Segala
macam perhiasan yang terbuat dari mutiara dijual di sini:
anting-anting, kalung, gelang. Berhubung asli, harganya juga asli mahalnya J
Setelah negosiasi alot antara penjual dengan pembeli yang memakan waktu yang
cukup lama, akhirnya ada juga beberapa peserta tour yang membeli. Paling tidak
mulut para salesgirl yang sudah
berbusa-busa ini not for nothing J
Oh ya, perhiasan mutiara yang dijual di tempat ini di-branding dengan merk Ray
Pearl.
Pembunuhan... |
Selesai
shopping, kami langsung tancap gas ke
kota berikutnya Suzhou untuk
mengejar lunch di sana. Ketika mulai memasuki kota Suzhou, saya melihat kalau
tata kotanya bahkan lebih baik lagi dari Wuxi. Jalan, penataan pohon dan bunga
yang menghiasi sepanjang jalan, sampai ke penataan bangunan dan
gedung-gedungnya, semua rapi dan bagus. Benar-benar layak menjadi teladan
penataan kota di negara kita yang cenderung amburadul. Di Suzhou ini tour guide
kami adalah Mr. Ing, seorang pensiunan tentara yang ternyata juga cukup fasih
berbahasa Indonesia, hasil belajar di Beijing University. Kami langsung dibawa
ke sebuah restoran yang cukup besar dan bagus untuk lunch. Ada satu peristiwa menarik di sini, ketika kami semua sudah
duduk di meja menunggu makanan yang akan disajikan, datang seorang tante yang
membawa gitar tradisional China (dikenal dengan sebutan ‘pipa’). Tidak jelas
dapat info dari mana, mungkin dari tour guide kami, sang tante tahu kalau kami
ini adalah rombongan dari Indonesia, dan sempat memberikan sedikit kata
sambutan sebelum mengumumkan akan menyanyikan sebuah lagu. Beliau ini kemudian
mengambil sebuah kursi dan duduk di dekat meja kami dan mulai bernyanyi.
Setelah lagu selesai dinyanyikan, beliau pun bertanya apakah ada request dari kami untuk menyanyikan lagu
tertentu. Tapi berhubung ketahuan kalau untuk lagu berikutnya harus bayar,
tidak ada satu orangpun yang meminta tante tersebut untuk bernyanyi lagi
hehe...beliau terpaksa gigit jari. Belum kenal sih sama gaya orang Indonesia
haha…Menu yang disajikan restoran ini cukup enak, mungkin juga karena efek
lapar yang sudah dirasakan. Habis lunch,
kami langsung naik bis ke tujuan berikutnya, Bukit Harimau.
Lunch @ Suzhou |
Menurut legenda, ketika
ditemukan pertama kali, di dalam bukit ini dulunya memang ada harimau. Tapi
sekarang ini jangankan harimau, kucing pun tidak ada hehe...yang ada cuma
bunga. Dari pintu masuk saja para tamu sudah disuguhi pemandangan bunga
warna-warni yang sangat bagus. Tidak berhenti di sini saja, tapi sepanjang
jalan, kiri kanan dihiasi berbagai macam bunga, dari yang lokal sampai ke bunga
impor seperti tulip. Para ibu-ibu penggemar bunga tidak henti-hentinya
mengambil foto di sini J
Di tengah jalan, ada pertunjukkan tarian kupu-kupu. Kostumnya sih cukup
menarik, tapi tariannya sendiri tidak terlalu spesial. Di bukit ini juga
terdapat sebuah pagoda yang dulunya bisa dinaiki, tapi berhubung kondisi
bangunan yang semakin miring, sekarang sudah tidak bisa dinaiki lagi. Dan tanpa
terasa
sampai juga kami di area belakang bukit sekaligus jalan keluar.
Taman bunga di Bukit Harimau |
Dari sini kami akan dibawa ke
pabrik sutra, produk Suzhou yang sudah sangat terkenal. Di sini kami bisa
melihat pengembangbiakan ulat sutra, kepompong, proses penenunan, sampai ke
produk jadi berupa kain sutra. Seperti halnya mutiara di Wuxi, kain sutra asli
di sini juga mahal. Waktu demo produk, bagaimana cara membedakan sutra asli
dengan sutra palsu, ternyata caranya gampang saja. Cukup bakar kain sutra yang
ingin diuji, kalau asapnya berwarna putih, artinya sutra asli. Tapi kalau
asapnya hitam, berarti sutra palsu. Tapi ingat, saya tidak merekomendasikan
Anda untuk membakar kain sutra milik ibu, saudara, pasangan atau milik siapa
pun untuk sekedar eksperimen. Don’t try
this at home! Resiko uji coba menjadi tanggung jawab Anda sendiri. Remember: curiosity killed the cat J
Tidak seberuntung toko mutiara di Wuxi, tidak ada peserta tour yang berminat
untuk membeli kain sutra dan produk-produknya. Jadi begitu selesai tour
keliling pabrik, kami langsung kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan ke Hangzhou.
Kepompong |
Waktu memasuki kota
Hangzhou, kesan yang didapat adalah kota ini jauh lebih besar dari Wuxi dan
Suzhou. Saya memang tidak melakukan riset mendetil sebelumnya, tapi dari
sekilas info yang saya lihat di YouTube, kota ini memang modern dengan rentetan
designer boutique nya. Di video itu kebanyakan
hanya menampilkan pemandangan tempat atraksi wisatanya, tidak banyak informasi
mengenai pusat kotanya. Di antara toko-toko di
sepanjang jalan dalam kota, saya sempat melihat butik yang khusus menjual atau
mungkin juga menyewakan pakaian-pakaian wedding.
Penampilan butik ini sangat high class,
yang sedikit banyak mencerminkan tingkat ekonomi kota ini. Hari sudah menjelang
malam dan kami langsung menuju ke restoran untuk dinner. Ternyata tour guide kami untuk di Hangzhou, Mr. Sam, sudah
menunggu. Sam juga cukup fasih berbahasa Indonesia, dengan logat yang paling
mendekati logat Indonesia asli, menurut saya. Saya sempat sedikit kaget dan bertanya
dalam hati, apakah dia orang Indonesia yang tinggal di Hangzhou. Tapi kemudian
ketahuan kalau beliau asli penduduk lokal. Dengan selesainya dinner, komplit sudah acara ‘dining like a celebrity’ kami. Makan
malam di Hangzhou ini di sebuah restoran yang cukup besar, tapi makanannya
biasa saja. Jadi, ending wisata
kuliner hari ini tidak terlalu klimaks.
Saya sempat cukup excited karena menurut rencana, setelah dinner kami akan menyaksikan pertunjukkan cerita ‘White Snake Legend’ alias Siluman Ular
Putih yang sudah melegenda. Pertunjukkan ini dilakukan di alam terbuka, di atas
Danau Barat (Xi Hu) lengkap dengan
efek-efek dramatis menggunakan efek cahaya lampu, musik, tarian dan semburan air
yang cukup mengesankan. Menurut yang sudah pernah menonton, pertunjukkan ini
sangat bagus. Saya sudah melihat videonya di internet, dan kelihatannya memang
cukup kolosal dan menarik. Memang tidak main-main, pertunjukkan ini diarahkan
oleh salah seorang sutradara terkenal China, Zhang Yimou, yang karya
pertunjukkan teater outdoor nya
dipercayai sebagai yang terbaik di dunia. Faktor-faktor inilah yang membuat
saya jadi cukup berminat untuk menontonnya.
Dinner @ Hangzhou |
Tapi sayangnya
alam tidak bisa diajak kerja sama. Malam itu hujan deras, dan rencana ini
terpaksa dibatalkan. Sebagai gantinya, kami dibawa ke sebuah gedung
pertunjukkan untuk melihat pertunjukkan lain. Dari pengamatan saya, bukan hanya
rombongan tour kami saja yang dialihkan ke sini. Banyak rombongan tour lain
yang juga mengalami nasib yang sama. Tapi parahnya, ternyata rombongan kami ini
adalah yang dipaksakan masuk. Ketika sudah memasuki ruang pertunjukkan, kami
diberikan tempat istimewa layaknya tamu VVIP,
baris paling depan! Kenapa saya bilang dipaksakan? Soalnya kursi yang kami
pakai adalah kursi ekstra, bukan kursi yang sudah memang built-in di ruang
pertunjukkan ini. Dalam hati sih agak kesal, tapi sudahlah, toh sudah
bayar tiket. Nilai lebih dari situasi ini adalah, segala cacat kecil selama
pertunjukkan terlihat dengan jelas dari bangku ‘VVIP’ ini hehe...Pertunjukannya
sendiri tidak istimewa. Tidak senilai harga yang dibayar sih menurut saya.
Selesai
pertunjukkan, kami langsung menuju hotel untuk istrirahat. Hotel Hairui Holiday yang kami tinggali ini letaknya cukup jauh
dari pusat kota, dan ternyata merupakan hotel baru. Kalau mau dibandingkan,
hotel ini masih kalah kelas dari hotel yang kami tinggali di Wuxi. Bukan itu
saja, proses check in sempat diwarnai
cekcok antar sesama staf hotel karena ada kesalahan booking kamar hotel untuk rombongan kami. Benar-benar kesan pertama
yang mengecewakan. Klimaksnya, waktu masuk ke kamar, ternyata pintu kamarnya
tidak bisa dikunci! Saya berusaha mengingat-ingat lirik lagu ‘What a Wonderful World’ nya Louis
Armstrong untuk bisa tetap positive
thinking...tapi paling tidak respon staff housekeeping-nya cukup cepat untuk memperbaiki kerusakan sehingga
kami tidak perlu lama menunggu. Kamarnya? Standard
lah. Tidak bagus atau jelek, cukup layak untuk tidur. It’s
been quite a tiring day, so good night Hangzhou…
- SW -
No comments:
Post a Comment