Sejak pertama kali
mendengar tentang adanya kapal wisata yang menyusuri Sungai Kapuas di Pontianak,
Kalimantan Barat, saya langsung tertarik. Waktu kecil saya memang sudah pernah
merasakan sensasi mengarungi sungai terpanjang di Indonesia ini, di atas kapal milik ayah. Masih segar dalam ingatan saya, acara makan bersama yang hanya berupa
nasi putih dengan lauk sayur kol di atas geladak kapal serasa sedang menyantap
menu santapan raja. Luar biasa nikmat. Yang mungkin mendekati pengalaman
kuliner berharga tersebut adalah ketika bersama teman-teman menyantap mie
instant rebus di tengah suhu dingin Puncak.
Jadi river cruise kali ini akan sedikit
banyak membawa nostalgia. Tetapi ternyata untuk menikmati kembali kenangan indah
di atas sungai ini tidak sesederhana yang saya bayangkan. Saya sampai harus
menyambangi area alun-alun di tepi sungai untuk naik kapal ini tiga kali. Kali
pertama, agenda ini saya batalkan karena kapal sedang sepi penumpang. Mungkin
dalam hati Anda bertanya, tujuan saya naik kapal ini sebenarnya untuk people watching atau bagaimana? Kok
harus batal naik hanya karena penumpang sepi? Begini, mungkin atas dasar
efisiensi biaya operasional, kapal tidak akan berangkat sampai kuota minimal 30
penumpang terpenuhi. Kalau di akhir pekan, kuota tersebut naik menjadi 40-50
penumpang. Berhubung waktu itu tidak ada penumpang satupun, dan pengunjung
alun-alun pun sangat sedikit, mungkin saya harus menunggu berjam-jam sampai
penumpang kapal mencapai kuota minimal. Karena alasan inilah saya akhirnya
membatalkan agenda river cruise saya.
Sebenarnya saya bisa saja memcarter kapal untuk saya nikmati sendiri dengan
membayar beberapa ratus ribu rupiah, tapi tidak saya lakukan karena kurang
sesuai dengan filosofi budget travelling
yang saya anut selama ini :) Ongkos normal untuk naik kapal adalah
Rp. 10.000 per penumpang.
Kali kedua, saya
mencoba mensiasati kendala ini dengan mengunjungi alun-alun di hari Sabtu sore.
Ketika sampai di tempat, saya sempat optimis karena melihat pengunjung
alun-alun cukup ramai. Tetapi rasa optimisme saya mendapat sedikit tantangan
karena ternyata pengunjung alun-alun yang ramai tidak otomatis berarti
penumpang kapal juga pasti ramai. Sama sekali belum ada penumpang yang menaiki
kapal yang sedang standby. Setelah
menunggu lebih dari setengah jam, saya memutuskan untuk ngobrol dengan salah
seorang crew kapal. Dari pembicaraan
santai inilah akhirnya saya ketahui bahwa peak
time atau waktu penumpang kapal yang paling ramai adalah di hari Minggu
atau hari libur. Setelah perbincangan singkat ini, saya memutuskan untuk coba
menunggu lagi beberapa saat. Tapi kemudian muncul kendala lain, cuaca. Langit Sabtu
itu yang memang sedikit mendung mendadak berubah menjadi gelap sebelum akhirnya
turun hujan gerimis. Berhubung di alun-alun tidak ada tempat berteduh, dan
hujan yang pastinya akan mengganggu agenda travelling
di atas sungai sambil foto-foto, saya kembali terpaksa membatalkan niat untuk melakukan
river cruise ini. Tapi dalam hati
saya sudah bertekad untuk datang kembali besok sore kalau memang cuaca
mendukung.
Keesokan harinya, alam
semesta seakan-akan mendengar dan mendukung rencana saya. Cuaca Minggu sore itu
cukup cerah dan bersahabat. Saya langsung menyambar tas backpack yang sudah saya siapkan dari kemarin dan berangkat ke
lokasi. Seperti hari sebelumnya, alun-alun juga dipadati pengunjung. Hanya saja
kali ini ada sedikit pemandangan berbeda yang membuat saya bernafas lega.
Seperti informasi yang saya dapatkan, kali ini kapal sudah terisi oleh sejumlah
penumpang. Saya langsung masuk ke dalam kapal untuk menunggu. Saya memilih
posisi tempat duduk di sisi kiri kapal. Tempat duduk di atas kapal ada dua
jenis, di bagian tengah kapal diisi kursi dengan sandaran dan meja untuk
penumpang yang ingin ikut cruise
sambil menyantap makanan. Di atas kapal ini memang terdapat area yang menjual
aneka makanan dan minuman. Jenis tempat duduk kedua adalah “bangku bakso” yang
disusun di keempat sisi kapal: depan, belakang, kiri dan kanan.
Belum lama saya duduk,
masuk rombongan ibu-ibu yang jumlahnya cukup banyak. Berhubung di area dekat
tempat duduk saya masing cukup banyak bangku kosong, saya diminta oleh crew kapal untuk pindah ke area depan
kapal supaya rombongan ibu-ibu ini bisa menempati area tersebut. No big deal. Malah saya patut bersyukur
karena angle untuk mengambil foto
lebih luas di area depan kapal. Setelah kuota penumpang yang waktu itu mencapai
kurang lebih 50 orang tercapai, kapalpun berangkat. Di awal cruise penumpang kapal disuguhi
pemandangan kapal-kapal yang sedang berlayar di sungai sore itu maupun yang
sedang standby di tepi sungai.
Pemandangan lainnya adalah pemukiman penduduk yang bervariasi antara bangunan
yang masih terlihat cukup baru sampai ke bangunan-bangunan lama yang sepertinya
sudah layak direnovasi. Pemandangan yang agak istimewa baru terlihat ketika
kapal mendekati jembatan Kapuas I. Sinar matahari sore yang melatari jembatan
memberikan nuansa tersendiri yang bagi saya merupakan highlight cruise ini. Saya jadi teringat dengan pengalaman naik cruise melintasi Harbour Bridge di
Sydney. Beberapa ratus meter setelah melewati jembatan, kapalpun berputar balik
untuk kembali ke alun-alun.
Secara keseluruhan,
nostalgia menyusuri Sungai Kapuas sore itu cukup berkesan. Saya sangat
merekomendasikan kepada siapapun yang belum pernah naik cruise ini untuk
mencobanya minimal sekali. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 40 menit ini
sama sekali tidak terasa membosankan bagi saya, meskipun sebagai penduduk lokal
pemandangan-pemandangan yang saya lihat selama cruise tidak bisa dibilang baru. Jadi jangan lupa untuk
mencantumkan agenda ini ke dalam to do
list Anda ketika berkunjung ke kota ini. Trust me, it’s a worthwhile experience.
- SW -
No comments:
Post a Comment